Anda sering lupa untuk membawa dompet ketika berpergian? Atau lupa
dimana terakhir meletakkan hp saat sedang di rumah sehingga perlu sampai
memiscalnya untuk tahu keberadaan si hp?
Atau apakah Anda sering mengeluh bahwa apa yang baru dipelajari beberapa
waktu lalu sudah lupa? Mungkin dewasa ini semakin banyak orang yang
mengeluhkan berbagai hal seperti diatas. Intinya, mengapa kita semakin
mudah lupa? Jika kita menceritakan hal ini dengan teman sebaya,
paling-paling mereka hanya mengatakan dengan enteng”sudah pikun kali
loe!”
Terkadang lupa akan sesuatu yang kecil tidak akan meresahkan, tetapi
bila terjadinya berulang-ulang atau terkait dengan kelupaan yang serius
tentunya masalah ini sering meresahkan. Lupa atau pikun sudah melekat
erat di persepsi masyarakat sebagai suatu fenomena alamiah pada orang
yang semakin menua. Padahal kepikunan pada orang tua itu ada batasnya,
yaitu kapan dibilang alamiah, kapan pula sudah masuk ke tahap patologis
suatu penyakit. Tetapi isu yang lebih hangat saat ini adalah banyaknya
gejala ”kepikunan” yang dialami orang lebih muda seperti Anda dan saya.
Persoalan kepikunan yang sering terjadi adalah yang sederhana seperti
tertuliskan oleh contoh di atas.
Kepikunan macam tersebut pada usia relatif muda sesungguhnya
seringkali bukanlah suatu penyakit otak seperti misalnya dementia pada
orang tua. Ada banyak faktor yang dapat membuat mengapa orang muda jaman
sekarang banyak lupa dan ternyata jika ditilik lebih teliti, faktor
psikis merupakan faktor penting. Untuk dapat memasukkan suatu ide atau
ingatan ke dalam gudang memori kita di otak, seseorang haurs memiliki
daya konsentrasi dan fokus yang baik. Selain itu, ingatan yang baik
harus didukung oleh tindakan repetitif (atau sering berulang-ulang
dipraktekkan atau dikeluarkan dari pikiran) dan motivasi yang merupakan
alasan kuat mengapa otak Anda harus bersusah payah menyimpan data memori
untuk diri Anda. Jadi gangguan dari salah satu faktor tersebut dapat
membuat Anda mudah ’pikun’.
Jaman sekarang, masyarakat perkotaan seringkali hidup dalam serba
keterburu-buruan dan melakukan banyak aktivitas dalam waktu yang
berdekatan. Semua itu akan membuat pikiran sulit terfokuskan,
menimbulkan akumulasi kelelahan yang berakibat daya konsentrasi melorot
apalagi jika ditambah insomnia yang telah menjadi rekan setia setiap
malam. Stress dan kecemasan di lain pihak akan semakin menutup pintu
masuk memori di dalam otak. Memori kita memiliki 4 derajad, yaitu memori
segera, jangka pendek, jangka sedang dan jangka panjang. Dan otak kita
bertugas menjadi filter untuk setiap info yang masuk, mana yang akan
masuk ke arah memori derajad lebih tinggi yaitu memori jangka panjang.
Kebanyakan aktivitas kita yang dilakukan secara terburu-buru hanya
sempat mengisi lubang memori segera atau jangka pendek dan ketika
kesibukan lain mengisi kepala kita maka filter otak akan menyaring dan
membuangnya. Hanya hal-hal yang berkesan, masuk dengan konsentrasi dan
minat tinggi serta sering diulang-ulang yang dapat mengisi memeori
jangka panjang. Dan itulah masalahnya mengapa kita mudah lupa akan
hal-hal sederhana dalam keseharian kita, karena kita seringkali kurang
konsentrasi dan cemas dalam banyak hal. Akibatnya banyak energi kita
tersedot ke kecemasan dan beban pikiran tersebut.
Dementia
Kepikunan yang berupa penyakit yang sesungguhnya dalam
dunia medis adalah dementia. Dementia ditandai kerusakan struktural otak
yang nyata sehingga bermanifestasi pada sekumpulan gejala sehari-hari
yang kompleks dalam hal pemikiran dan perilaku. Dementia merupakan
sekumpulan gangguan kognitif yang meliputi kemampuan konsentrasi,
intelektual ( berhitung), bersosialisasi (berbicara), memori, orientasi
(seperti tahu sekarang hari apa, dimana, siapa dirinya), gangguan gnosia
(pengenalan objek maupun wajah orang) serta gangguan apraxia
(ketidakmampuan melakukan satu paket gerakan rutin seperti memakai
kemeja). Gejala dementia jadi bukanlah semata pikun atau gangguan
memori, tetapi lebih meliputi hal yang kompleks dalam berbagai segi
kehidupan. Penderita dementia sering mengamuk tidak jelas, merasa banyak
orang sedang menguntit atau menjelekkannya, tidak dapat kencing maupun
buang air besar sendiri, sering telanjang, pemurung, atau yang lebih
menyedihkan lagi, tidak mengenal siapapun bahkan istri dan anaknya
sekalipun. Tentunya semua gejala ini muncul secara bertahap, dan mungkin
saja diawali dengan mudah lupa atau kepikunan serta disorientasi
ringan.
Yang unik gejala awal lupa atau kepikunan (amnesia) pada dementia
maupun amnesia jenis organik lainnya adalah menimpa ingatan jangka
pendek-sedang. Jadi pasien dementia tahap awal mungkin masih ingat akan
hal-hal yang terjadi saat jaman perang dulu, maupun saat kecilnya,
sehingga mereka seringkali jika masih dapat berfungsi bicara bercerita
melulu tentang ja-dul (jaman dulu). Itu karena memang waktu-waktu
tersebutlah yang masih menempel dalam pikiran mereka. Ini disebabkan
karena ingatan jangka panjang itu adalah hasil filter yang kuat dari
sistem memori kita sehingga akan tertanam dengan kuat pula pada gudang
data utama yaitu di bagian hippocampus, sehingga memang menjadi hal yang
paling sulit dihapus.
Dementia dapat disebabkan banyak hal, tidak kurang meliputi lebih
dari dari 70 penyebab. Salah satu jenis yang sering dijumpai adalah
dementia Alzheimer yang hingga saat ini belum ada satupun obat yang
benar-benar dapat menyembuhkannya. Beberapa penyebab lainnya yang dapat
menimbulkan komplikasi berupa dementia adalah pasca-stroke, pasca trauma
pada kepala yang berat, Parkinson lanjut, pasien HIV-AIDS, penyakit
sapi gila, dan juga mereka yang terlahir dengan sindrom genetik seperti
sindrom Down akan lebih mudah terkena dementia. Alkoholisme berat juga
bukan jarang terjadi terutama di negara Barat. Peminum alkohol berat
umumnya mengalami defisiensi thiamine (vit B1) yang penting dalam fungsi
saraf di dalam otak, jika hal ini berlanjut lama maka mereka akan
mengalami sindrom Korsakof yang bergejala antara lain amnesia (lupa
ingatan) permanen. Salah satu isu yang sedang merebak saat ini tentang
penyebab dementia adalah keterkaitan dementia dengan menopause dan
andropause. Hal ini, terutama yang terkait andropause sedang dalam
penelitian lebih lanjut
Dementia umumnya terjadi pada mereka yan berusia >65 tahun yang
disebut dementia senilis. Namun isu yang sedang hangat menghiasi media
saat ini adalah dementia yang terjadi pada usia lebih muda di bawah 65
tahun, bahkan ada kasus terjadi pada usia 30an tahun! Tampak berbagai
macam penyakit degeneratif seperti penyakit saraf dan jantung saat ini
semakin sering terjadi pada usia lebih muda. Belum diketahui pasti
faktor apa saja yang membuat dementia semakin gencar terjadi pada usia
lebih muda. Di Inggris saja sudah dilaporkan ada 18000 pasien dementia
yang berusia <65 tahun pada tahun 2005, angka yang sangat mengerikan
untuk suatu negara yang jumlah penduduknya tidak terlalu banyak. Di
Indonesia? Kita masih tidak tahu. Tapi seiring stroke yang sudah cukup
sering saya jumpai pada beberapa pasien berusia 35an tahun, saya kira
dementia pada usia muda yang primer maupun sekunder pasca stroke sudah
cukup banyak berada.
Dementia yang terjadi pada usia lebih muda, walaupun memiliki gejala
yang sama dengan dementia senilis, memiliki dampak yang lebih besar pada
diri si pasien. Saat usia paruh baya, ia sedang berada dalam puncak
karier, sedang hangat-hangatnya kehidupan berkeluarga, sedang menjadi
tulang punggung keluarga maupun sedang dalam aktivitas fisik yang
banyak. Ketika dementia masuk dalam hidup mereka, bisa dibayangkan
betapa besar kehancuran yang mengancam jika mereka tanpa medapatkan
dukungan yang memadai dari keluarga. Oleh karena itu dementia pada orang
muda lebih sulit untuk diterima sehingga lebih sulit pula untuk
dimanajemen terapi. Dementia pada usia muda membutuhkan perhatian
tersendiri karena meliputi lingkup permasalahan dan pendekatan yang
berbeda dari dementia senilis.
Depresi dan Kepikunan
Sebelum kepikunan pada usia muda dicurigai
sebagai younger onset dementia, adalah lebih penting kita menyingkirkan
permasalahan psikis yang bisa jadi melatarbelakangi ’kepikunan’
tersebut. Depresi dalam berbagai derajadnya saat ini banyak diderita
masyarakat, terutama masyarakat perkotaan. Depresi sangat potensial
mengganggu konsentrasi maupun minat seseorang sehingga potensial juga
menimbulkan gejala mudah lupa atau ’pikun’. Dan hal satu ini jauh lebih
banyak dijumpai ketimbang dementia.
Gejala utama dari depresi berupa 3M yaitu MINAT menurun (jadi malas
melakukan apa yang tadinya dihobikan), MOOD yang menurun (bawaannya
negative thinking dan pemurung terus) serta MOTORIK yang menurun (jadi
mudah lelah, capai). Gejala tambahan lain dari depresi bisa berupa
gangguan makan (bisa jadi tambah sering makan atau kurang makan),
gangguan tidur (bisa insomnia atau malah tidur mulu), sering sakit
kepala, gangguan fisik lain,dll. Jika Anda memiliki gejala-gejala
semacam diatas dan Anda menjadi sering lupa maka kepikunan itu adalah
buah dari depresi yang ada. Depresi memang salah satu gangguan yang
harus dipikirkan sebagi bandingan dementia karena penderita depresi yang
ebrat sekalipun dapat memiliki gejala mirip dementia seperti pikun,
cuek akan suasana sekitar, mudah marah-marah, berpakaian dengan
sekenanya saja dll. Dan saya kira banyaknya kepikunan atau mudah lupa
pada masyarakat perkotaan yang aktif dan berusia relatif muda lebih
banyak disebabkan oleh karena depresi ketimbang dementia atau penyakit
lainnya. Cara menghilangkan mudah lupa semacam ini? Yaa depresinya harus
ditangani dengan baik antara lain jangan malu untuk ke psikiater.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar