sofware penambah saldo rekening

Jumat, 07 Desember 2012

Orang yang pintar menurut Nabi Muhammad SAW

Orang yang pintar menurut Nabi Muhammad SAW Di dunia ini banyak orang pintar, dan banyak pula orang yang dikatakan "bodoh", bagi saya tidak ada orang bodoh di dunia ini, mereka hanya bisa belum bisa melakukan hal yang sudah bisa dilakukan oleh orang lain. Tapi pintar menurut orang-orang biasa berbeda dengan pintar menurut Rasulullah SAW, pintar menurut orang-orang biasa yaitu orang yang pintar dalam pelajaran, selalu dapat rangking di sekolahnya, dan dapat lulus sekolah dengan nilai terbaik, tapi pintar menurut Rasullah berbeda, Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa orang pintar itu adalah orang yang selalu ingat akan kematian, dan berusaha selalu mengarahkan seluruh aktivitas hidupnya untuk menghadapi kematian. Mati dalam keadaan terbaik, khusnul khatimah. Dengan demikian boleh jadi siswa pintar yang lulus dengan skor rata-rata 10, belum dianggap pintar oleh Rasulullah, bila ia tidak ingat mati dan tidak pernah bersiap diri untuk itu. Padahal hampir setiap saat menyaksikan kematian, paling tidak membaca dan mendengar berita tentang kematian. Al QurĂ¢€™an menginformasikan, bahwa mati itu pasti, kenyataan memperlihatkan bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat hidup abadi, termasuk mereka yang tidak mempercayai Al QurĂ¢€™an. Selalu ingat mati yang tak dapat ditolak itu, akan menjadikan manusia memiliki kontrol diri yang sangat efektif. Mampu berbuat dan bertindak terukur, seperlunya, tidak berlebihan. Ingat apa yang dijanjikan akan diperoleh setelah kematian itu. Mengumpulkan harta tidak berlebihan, semakin banyak yang disedekahkan semakin banyak bonus menunggu di kehidupan selanjutnya setelah kematian. Egoisme sangat terkendali, serakah apa lagi. Semua yang dapat membuat buruk saat sakratulmaut berangsur-angsur dijauhi. Memberi atau menolong orang yang sangat membutuhkan, pada dasarnya adalah menabung untuk kehidupan abadi. Menumpuk kekayaan untuk diri dan keluarga adalah perbuatan bodoh, bahkan sangat bodoh, karena pasti akan ditinggalkan, sedikitpun tak dapat menolong di pengadilan Allah nantinya. Pikiran seperti tersebut di atas hanya ada di dalam benak mereka yang termasuk pintar menurut kategori Rasulullah, dan tentu kelihatan sangat bodoh bagi mereka yang pintar menurut kebiasaan kita selama ini. Mereka yang pintar menurut Rasulullah dapat dipastikan akan lebih tebal rasa kasih sayangnya kepada sesama manusia. Orang seperti ini sangat berguna bagi kehidupan manusia. Sebaliknya mereka yang pintar menurut kita berdasarkan hasil Ujian Nasional, lebih individualis, mereka hanya ingin dirinya saja menjadi yang terbaik. Ia harus nomor satu, orang lain nomor selanjutnya, harus dikalahkan. Orang-orang seperti ini tak banyak gunanya bagi kehidupan manusia. Orang seperti inilah yang terhasilkan oleh pendidikan kita selama ini. Pendidikan kita harus mampu menyatukan dengan baik dua kategori pintar tersebut di atas. Semua peserta didik tidak hanya dipacu untuk lulus Ujian Nasional dengan skore 9 ke atas, tetapi selalu diingatkan dan diberi contoh agar tidak pernah lupa akan mati. Diberi contoh pula bagaimana sikap hidup orang yang selalu menyiapkan diri menyambut kematian. Contoh dan teladan seperti itu tidak cukup hanya ditunjukkan oleh para guru di sekolah, harus dapat ditunjukkan pula oleh semua orang, apapun pangkat dan jabatannya, kecuali mereka yang yakin bisa menolak kematian. Pangkat, jabatan serta harta kekayaan dapat memalingkan kita dari mengingat kematian, artinya dapat membuat kita menjadi tidak pintar, bodoh begitulah. Tetapi secara sadar atau tak sadar, itulah yang selalu kita rebutkan, sejak dahulu sampai hari ini dan sampai Nopember nanti. Mati-matian kita memperebutkan sarana yang mengantarkan diri kita menjadi bodoh menurut Rasulullah Saw. Selalu mengingat mati tidak berarti lalu membuat kita serba tanggung, tak boleh ini, tak boleh itu, percuma ini, percuma itu. Silakan berkarya sebaik-baiknya, mari berlomba menghasilkan yang terbaik. Tetapi hasilnya harus untuk kebaikan orang banyak, bukan untuk dinikmati sendiri dengan keluarga sampai turunan ke 7. Jangan berhenti berusaha untuk menjadi kaya, kaya itu sangat bagus. Orang kaya yang selalu ingat mati tidak akan berani dan tidak berambisi menambah kekayaan dengan cara yang tidak benar. Dengan tulus selalu disiapkan jatah saudaranya yang miskin. Ketentuan infak 2,5 %, dengan senang hati ia keluarkan lebih dari itu. Ia transfer sebanyak mungkin voucher yang akan dipakai di negeri yang kekal nanti. Jadi pejabat pun sangat bagus, pejabat yang tak pernah lupa akan mati, pasti akan mengarahkan seluruh aktivitas kepemimpinannya untuk membawa seluruh orang yang dipimpinnya mampu tampil gagah di pengadilan Allah. Gagah karena merasa siap dengan bekal terbaik yang telah dikirim sebelumnya, dan tidak pernah melanggar ketentuanNya. Boleh jadi kita sering merasa dan memposisikan diri paling pintar, orang lain semuanya bodoh. Lupakan dan tinggalkan anggapan bodoh seperti itu. Mari kita upayakan agar tidak hanya diri kita saja yang pintar, tetapi seluruh teman kita menjadi orang pintar menurut Rasulullah. Sudah pintarkah kita sekarang?

1 komentar:

  1. Assalammualaikum, kira-kira Bagai mana dengan kehidupan orang kaya yang banyak uang, tabungan, dan investasi menurut Nabi Muhamad SAW??? sementara banyak saudara seIslam yang menderita??? benarkah menabung/berinvestasi sementara ada saudara dan tetangga yg sedang susah??? apabila salah apakah berdosa??? adakah ayat atau hadist yg menerangkan hal tersebut??? Terima kasih Wassalam

    BalasHapus